Posts

Penduduk Surga yang Berjalan di Bumi

Image
Aku seperti kehabisan kata-kata jika mendengar tentang ‘Palestina’. Perlukah dipertanyakan lagi bagaimana kabar negeri Al-Aqsa itu? Jika pun iya, maka jawabannya adalah sama. Terlebih pada ramadhan kali ini. Bagaimana dengan makan sahur dan berbuka? Sedangkan pasokan pangan mereka semakin menipis, tragis. Seperti raga yang berjalan tanpa ruh. Hanya terus memegang teguh ‘Laa ilaha illallah‘ tidak membuat mereka takut dari semua serangan yang datang bertubi-tubi, yang membunuh jiwa dan psikis manusia. Kehilangan keluarga, kehilangan anggota bagian tubuh, kehilangan tempat tinggal, harta benda, makanan, komunikasi, ketentraman, dan terpenjara di negeri sendiri. Air mata membanjiri tanah suci kedua itu. Seorang ibu memeluk anaknya yang terbalut kain putih, gadis kecil bermata zamrut yang kebingungan mencari orang tuanya, para tenaga medis yang tidak hentinya mengurus pasien meski sudah sakratul maut, dan semua yang menangis gila karena semuanya hancur seketika. Bumi Palestina sedan

Malam Kelima Ramadhan

Image
  MaasyaAllah, aku tidak berhenti memuji lantunan ayat quran yang dibacakan imam tarawih malam ini. Aku tidak tau siapa dia, tapi aku rasa sholat kali ini menjadi moment paling khusuk di Masjid kami. Aku hanya diam memandang sajadah diantara barisan ibu-ibu yang sibuk melihat dari sela-sela pintu kaca penghalang saf mencari tau siapa imam malam ini. Lantunannya merdu dan menenangkan. Setiap makhraj dan tajwid yang dibunyikan pas dan tepat. Hanya aku tidak tau dia memakai jenis lagu apa. Tuhan Maha Baik. Semua puji-pujian terarah untuk-Nya. Tidak ada yang mampu menghalangi seorang hamba dengan Penciptanya untuk saling merayu mesra. Iya, tidak ada yang mampu. Dunia seluas dan sesibuk ini tetap tidak abadi. Dan aku selalu memilih Tuhanku atas segala sesuatu yang menempatkanku pada banyak pilihan. Hanya Dia yang tidak pernah melepaskan pelukan pada bahu ringkihku saat aku benar-benar menjadi manusia yang paling hancur. Allah Maha Segalanya. Terlepas dari berkali-kalinya aku menjauh, Al

The Power of Woman: Perempuan Berdaya

Image
Saya seorang perempuan, izinkan saya berbicara dalam tulisan ini. Ada banyak tradisi dan pantangan yang melilit di tubuh seorang perempuan. Sumpah serapah dan akhir masa depan akan bahaya bila kami melanggarnya. Perempuan, bila ia menempuh pendidikan tinggi maka ada saja yang mencoba menjengkal. Sebaliknya, bila ia hanya lulusan kelas rendah maka ada saja yang merendahkan. Perempuan, makhluk rumit, katanya. Marah dan diamnya seorang perempuan dianggap ‘lebay‘. Tegas dan berwibawanya seorang perempuan dianggap melampaui batas. Vokalnya seorang perempuan sering dianggap suara radio rongsokan. Kami, para perempuan. Segala bentuk fisik, etika, dan seluk beluk kami selalu menjadi pertimbangan. Disepelekan. Dengarlah, ini suara perempuan. Kami adalah seni Tuhan yang paling indah. Peradaban dunia terus berjalan karena adanya sosok kami di sini. Kami diciptakan dengan sebaik-beik bentuk, fisik, dan seluk beluk. Tidak akan ada anak keturunan Adam tanpa Hawa. Meski Adam adalah ciptaan

Aku Mencoba Melepaskan

Image
Seiring berjalanannya waktu, keadaan seperti ini membuatku lelah, muak. Menanglah kamu, bendera putihku telah berkibar. Terimakasih telah menciptakan perang batin di kepalaku setiap hari. Mungkin bagimu itu soalan biasa, tapi jika saja kamu telaah, semua itu akan berdampak menjadi trauma. Telah mati rasaku kepada siapapun selainmu. Tapi kamu sia-siakan aku begitu saja. Kamu akan kembali padaku jika kau butuh teman cerita, begitu selalu seolah-olah aku tak memiliki nilai diri. Sering kali aku intropeksi diri, cemas jika ini semua salahku. Berulang kali, setiap hari, membunuhku. Aku telah menjadi wanita gila karenamu. Jika saja kemarin kamu tidak datang dihidupku, mengiming-imingkan cinta, berjanji setia, dan segala ucapan manismu seakan meyakinkanku bahwa kamu adalah pilihan yang tepat, mungkin aku tidak akan menjadi seperti ini. Menyedihkan sekali aku. Kemarin kamu hanya penasaran dengan sikap acuhku. Namun saat aku telah melunak dan membeberkan semua rahasiaku, dugaan terburukku

Ramaiku Adalah Sepiku

Image
Aku tidak tau bagaimana perasaan ini seharusnya diutarakan. Tapi keadaanku sungguh sangat menyedihkan diantara jiwa-jiwa yang sedang berbagi cinta satu sama lain. Tawa-tawa mengalun tak kedengaran tertutup suara lagu tentang cinta. Topik obrolan yang begitu menarik untuk diperbincangkan. Candaan yang sebenarnya tidak lucu sama sekali. Semua itu akan sangat menyenangkan jika dibuat bersama orang yang kita cintai. Aku mengecek ponselku, berharap ada namamu diantara notif lain yang tidak penting. Cuma notifmu yang paling bisa membuatku berdebar. Entah mengapa setiap melihat namamu disana rasanya aku seperti pertama kali jatuh cinta. Aku suka sekali nama itu, nama yang pernah dengan bangga kuceritakan pada orang terdekatku. Tapi sekarang, aku hanya bisa tersenyum saat mereka menanyakanmu.  Beberapa detik kemudian aku mengecek ponselku lagi, tapi notif darimu juga tak kunjung sampai. Sial, aku selalu merindukanmu. Aku menyimpan ponselku, menatap iri para insan yang sedang menabu

Dan Hanya Kepada Tuhanmu lah Kamu Berharap

Image
Hawa dingin menyelimuti pagi. Jejak embun masih menempel di kaca jendela. Hari tampak lebih mendung dari biasanya. Secangkir teh hangat belum kusentuh sedikitpun. Kursor laptop kuabaikan berkedap-kedip sendirian. Sedang aku sibuk menutup mata seraya merasakan udara sejuk mencumbu kulit pipiku. Mimpi buruk kemarin, aku tidak tau akan menjadi nyata atau hanya sekilas bunga tidur saja. Entah aku yang pengecut atau memang cara semesta memahamiku akan satu hal. Semua gelapku, semua burukku, semua cacatku, hanya aku yang bisa menerimanya. Terkadang, kepada sepi aku sering bertanya, adakah seseorang yang berdoa untukku? Barangkali pada saat keramaian, pada saat bahagia, pada saat perayaan-perayaan kecil maupun besar, mengingatku sedikit saja? Seperti aku mendoakan dia, mendoakan mereka. Seperti aku mengingat dia, mengingat mereka. Baik dalam keadaan sibuk maupun senggang. Senang maupun nelangsa. Dimanapun itu, tidak tau tempat. Lalu aku membuka mataku, menangkap cahaya buyar perlahan me

Maaf Jika Rinduku Mengusikmu

Image
Duhai sayang. Selamat menyelami malam panjang di kota orang. Dengan secangkir kopi pahit dingin kesukaanmu, mungkin? Atau kamu melewatkan hari ini dengan tidur lebih cepat? Sayangku, maaf jika banyak dari tulisanku yang barangkali mengusikmu. Sungguh, aku tidak bermaksud untuk itu. Jika benar yang demikian, maka janganlah kamu pernah mampir kesini. Lagi-lagi sungguh, aku tidak ingin membuatmu merasa kasihan kepada diri ini. Biarlah aku mengobati luka-luka yang kuciptakan sendirian. Karena sekarang aku sudah cukup mandiri untuk mengusap air mataku sendiri. Aku bisa menjadi bahu untuk sandaran diriku sendiri. aku bisa memendam semua luka ku sendiri tanpa harus bercerita kepada siapapun. Jadi tenanglah jika sewaktu-waktu kamu membaca sajak-sajak ini, aku hanya perlu mengeluarkan emosi batinku. Karena aku pernah dimarahi saat aku marah. Pernah dihakimi saat aku mengutarakan pendapat. Dan pernah ditinggalkan saat aku hanya butuh sedikit jeda. Tapi aku tidak pernah lagi mempermasalahk

Mengapa Musim Sedihku Terasa Begitu Lama?

Image
Hari ini aku belum sembuh. Ternyata perkiraanku kemarin salah. Pagi ini, sinar mentari menerobos masuk melalui celah jendela kamarku. Dunia seakan baik-baik saja. Tapi aku menutup tirai putihnya. Bougenville bermekaran diluar sana, cantik sekali. Lalu ada kemorabi yang tercetak di rerumputan.  Semua objek itu menembus retinaku. Sedang aku hanya duduk diatas kasur sambil memegangi secangkir air putih sebagai penyalur para kimia.  Menahan iri. Kesedihan dan kebahagiaan hanyalah perihal waktu, tapi mengapa musim sedihku terasa begitu lama? Seperti tersesat di perempatan jalan. Tidak tau harus memilih kanan atau kiri, depan atau belakang. Terlebih, tidak ada yang menunjukkan arahku pulang. Aku harus mencari jalan sendiri. Paling tersakiti? Lalu aku teringat anak-anak panti, para pengamen, dan manusia silver. Pada keadaan yang seperti ini aku merasa paling tersakiti. Lemah sekali. Nelangsa sekali. Padahal ada mereka-mereka yang jauh dibawahku.  Tapi, salahkah aku merasa demikian

Sandaran Hanyalah Badan Yang Telentang: Hati-hati Di Jalan, Sayang

Image
Tuhan masih berbaik hati mengirimkan suhu panas pada tubuhku. Kata 'mereka', sakit itu penggugur dosa. Syukurlah jika itu terkabul karena catatan keburukanku pasti menumpuk di buku malaikat Atit.  Macam-macam jenis pil terpaksa kutelan supaya sembuh, begitu kata dokter. Apa penyakit hanya bisa sembuh melalui obat-obatan? Tubuhku berarti akan awet karena terlalu banyak mengkonsumsi jenis kimia itu. "Tergantung keyakinanmu lagi". Obat tidak selalu berwujud seperti pil atau sirop. Barangkali seseorang, mungkin? Orasi dikepalaku, lagi-lagi dia. Berisik sekali. Aku hanya ingin tenang. Seperti terakhir kali kamu menutup telfon seraya mengucapkan mantra tidur malam itu. Ada sebuah sabit yang tersenyum. Wanita gila. Lalu paginya aku terbangun dengan perasaan yang sangat menyenangkan sebelum energi negatif itu merasuki pikiran. Kamu memberhentikan percakapan. Sekarang, sandaran hanyalah badan yang telentang. Tidak ada yang mau memberikan bahu untuk kepalaku merebah

Percakapan Yang Tak Sampai

Image
Kalau saja aku bisa mengirimimu pesan, maka aku akan langsung menyampaikan rindu malam ini padamu. Tapi diri ini terjerat gengsi besar meski intuisinya selalu saja mengarah terhadapmu. Dilan benar, yang berat itu rindu. Tidak berwujud, namun mendilemakan. Sebenarnya aku bisa saja mengirimkan pesan padamu, tapi aku takut dengan ekspektasiku (chat terakhirku saja tidak kamu balas). Tenang, tidak perlu repot-repot untuk merasa kasihan, karena aku telah mengasihani diriku sendiri. dari delapan milyar penduduk bumi, mengapa selalu kamu yang menjadi orangnya? Seharian aku menjadi orang dengan kegelisahan tidak menentu. keliling kota tidak jelas meski tau arah tujuan. Ada yang aku kesalkan, aku lupa mengambil gambar bunga terompet berwarna kuning cerah dan merah muda di jalan Hayam Wuruk tadi. Padahal itu sangat cantik sekali dan mirip seperti bunga sakura di negri Haru (kamu pasti sudah lupa dengan salah satu tokoh novel yang pernah kuceritakan padamu, sebab kamu memang tidak pernah mengin